Tradisi Lebaran – Lebaran atau Idul Fitri merupakan hari raya yang dirayakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Bukan hanya karena Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, tetapi tradisi pada saat Lebaran juga banyak dilakukan oleh para pemeluk agama lainnya. Selain itu, beberapa tradisi Lebaran juga erat dengan budaya ketimuran masyarakat Indonesia, seperti tradisi sungkeman dan mudik.
Berikut ini adalah 5 tradisi lebaran yang biasa dilakukan di Yogyakarta yang berhasil Blog PKG YIA rangkum yang dikutip dari Kumparan.
Ada dua istana di Yogyakarta yaitu Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Masing-masing istana memiliki tanah lapang yang biasa digunakan untuk salat Id atau salat Idul Fitri.
Meskipun setiap kecamatan atau kampung pasti menggelar salat Id di lingkungan mereka, rasanya kurang afdol jika tidak pernah merasakan salat Id di alun-alun Keraton Yogyakarta.
Sungkeman menjadi salah satu tradisi yang sangat melekat pada masyarakat Jawa. Tradisi sungkeman yang dilakukan dari yang muda kepada yang tua tanpa memandang agama. Biasanya, tradisi sungkeman biasanya dilakukan setelah salat Id selesai.
Lebaran tanpa ketupat, opor ayam, sambal goreng, dan rendang tentunya akan terasa ada yang kurang. Walaupun di rumah sendiri sudah menyuguhkan keempat hidangan tersebut, namun saat berkunjung ke rumah tetangga biasanya juga akan menemukan makanan yang sama.
Bahkan, bisa saja keempat menu tersebut jadi menu utama dalam beberapa hari. Pagi makan ketupat opor, siang makan ketupat opor, dan malam makan ketupat opor.
Salah satu kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Yogyakarta adalah melakukan ujungan ke tetangga. Ujungan adalah momen saat anggota keluarga yang lebih muda akan berkunjung ke rumah sesepuh alias yang dituakan di daerah tempat mereka tinggal. Hal ini bertujuan untuk menjaga tali silaturahmi antar warga.
Upacara Grebeg Syawal memang hanya ada di Yogyakarta. Biasanya, upacara ini dilakukan di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Grebeg syawal merupakan upacara adat Keraton Yogyakarta yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Syawal pada penanggalan hijriah.
Hal menarik dalam upacara ini adalah adanya Gunungan yang merupakan simbolisasi dari sedekah Sultan kepada rakyatnya. Digotong oleh para abdi dalem Keraton, Gunungan diarak dari dalam Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Di pelataran masjid, Gunungan yang isinya berupa hasil bumi tersebut didoakan oleh penghulu.
Setelah itu, Gunungan pun diserbu oleh masyarakat. Meskipun yang didapat tidak seberapa, misal hanya segenggam bawang merah atau beberapa helai sayuran, masyarakat yakin dengan mendapat apa yang ada di dalam Gunungan bisa membawa berkah.
Tradisi ini selalu menarik perhatian, baik masyarakat asli Yogyakarta, pendatang, maupun wisatawan asing. Nah, jika kamu ingin merasakan Lebaran yang Jogja banget, pastikan sobat salat ied di Alun-Alun Utara kemudian ikut menyaksikan Upacara Gregeg Syawal yang memang dilakukan setelah salat ied.
Keluarga Besar Dinas Koperasi UKM DIY dengan penuh suka cita mengucapkan Selamat Memperingati Maulid Nabi…
Yogyakarta, kota budaya yang terkenal dengan kerajinan tangan berkualitas, tak hanya memikat wisatawan dengan keindahan…
Kain tradisional Indonesia merupakan warisan budaya yang sarat dengan nilai sejarah dan filosofi. Di tengah…
Yogyakarta selalu memikat hati para wisatawan dengan kekayaan budaya, keindahan alam, dan keramahan penduduknya. Setelah…
Di tengah perkembangan industri fashion yang semakin pesat, tas tidak lagi sekadar menjadi aksesori untuk…
Jogja selalu memikat hati para wisatawan dengan pesona budaya dan seni tradisionalnya. Salah satu oleh-oleh…