Malam Satu Suro adalah sebuah tradisi yang berasal dari budaya Jawa dan memiliki makna khusus di kota Yogyakarta. Tradisi ini biasanya dirayakan pada malam pertama bulan Muharram dalam penanggalan Hijriyah, yang merupakan awal dari tahun baru Islam.
Sejarah Malam Satu Suro dapat ditelusuri hingga masa pemerintahan Kerajaan Mataram Islam. Pada masa itu, tradisi ini dipercaya sebagai momen khusus yang dianggap memiliki energi spiritual yang tinggi. Pada malam tersebut, masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan kegiatan untuk mendapatkan berkah, melindungi diri dari hal-hal negatif, serta memohon keselamatan dan kemakmuran bagi keluarga dan komunitas mereka.
Sumber Gambar : Kompas
Salah satu tradisi yang populer pada Malam Satu Suro adalah “Grebeg Suro”. Grebeg Suro adalah perayaan yang diadakan di kompleks Keraton Yogyakarta. Pada perayaan ini, raja beserta keluarga kerajaan dan pengikutnya melakukan prosesi dan mengeluarkan pusaka-pusaka kerajaan yang diarak dalam parade. Raja dan pengikutnya juga membagikan makanan dan bantuan kepada masyarakat yang hadir.
Selain itu, pada Malam Satu Suro juga terdapat tradisi berziarah ke makam leluhur atau tempat-tempat suci. Masyarakat Jawa percaya bahwa ziarah ini akan membawa berkah dan keberuntungan bagi mereka yang melakukannya. Mereka membawa sesajian dan doa untuk meletakkan di makam leluhur sebagai tanda penghormatan.
Tradisi ini juga sering dihubungkan dengan cerita tentang Nyi Roro Kidul, yang merupakan tokoh legendaris dalam mitologi Jawa. Konon, Nyi Roro Kidul adalah ratu pantai selatan yang memiliki kekuatan magis dan dianggap memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta. Pada Malam Satu Suro, masyarakat meyakini bahwa Nyi Roro Kidul akan turun ke bumi untuk memberikan berkah dan melindungi mereka.
Ini merupakan tradisi kepercayaan dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi di Yogyakarta. Meskipun terdapat unsur-unsur spiritual dan mitologi dalam tradisi ini, masyarakat Yogyakarta menjalankannya dengan keyakinan dan penghormatan terhadap tradisi nenek moyang mereka.