Surjan – Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata dengan jumlah wisatawan tertinggi di Indonesia, setelah Bali dan Jakarta.
Hal tersebut, bila kita mencermati dari Buku Statistik Pariwisata Yogyakarta yang menyampaikan bahwa perkembangan wisatawan periode 2015-2019 terus mengalami pertumbuhan, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu, kota yang banyak menjajakan masakan gudeg ini juga menyandang sejumlah julukan, mulai dari Kota Wisata, Kota Perjuangan, hingga Kota Budaya.
Pasalnya, warisan budayanya memang masih tetap terjaga sampai sekarang. Terutama sekali, menyoroti pakaian adatnya. Untuk itu, artikel kali ini menyuguhkan secuil informasi tentang busana yang populer dan kerap ditemukan saat momen-momen resmi yang dipakai di kalangan pria, salah satunya, yaitu Surjan Jogja. Sobat PKG YIA pastinya penasaran kan? Yukk simak penjelasan dibawah ini!
Surjan merupakan pakaian adat Jawa khususnya Jawa Tengah Dan Yogyakarta. Pakaian ini biasanya digunakan oleh laki-laki meski banyak juga para perempuan yang mengenakan Surjan dalam bentuk kebaya. Pakaian ini digunakan pada saat pelaksanaan upacara adat yang dipadukan dengan kain jarik dan juga blangkon.
Surjan merupakan pakaian Takwa, hal ini berdasarkannya sebuah ayat Al-Quran yang oleh Sunan Kalijaga pengertian ayat tersebut di jadikan acuan model baju rohani atau takwa. Jika memakai pakaian ini diharapkan tetap mengingat sang Pencipta. Lalu pakaian yang awalnya digunakan oleh para raja-raja Mataram ini digunakan hingga sekarang.
Setiap bagian dari pakaian ini memiliki filosifi seperti, pada bagian leher baju mempunyai 6 buah kancing yang mewakili rukun iman dalam agama Islam. Kancing Pada bagian dada yang terletak di kiri dan kanan melambangkan dua kalimat syahadat.
Tiga kancing yang terletak di bagian dalam dada dan tak terlihat mewakili 3 macam nafsu manusia yang harusnya selalu di kontrol dan ditutupi oleh manusia. Nafsu hewani, nafsu makan dan minum, dan nafsu setan.
Motif pakaian adat ini pada awalnya hanya satu yaitu lurik. Surjan lurik ini pertama kali di buat oleh Sunan Kalijaga sebagai pakaian Takwa. Kata lurik berasal dari kata lorek yang berarti garis-garis melambangkan kesederhanaan.
Di dalam keraton ukuran garis-garis atau lurik ini melambangkan jabatan si pemakai. Semakin besar lurik tersebut semakin besar pula jabatanya. Dalam perkembanganya motif lurik ternyata tidak hanya garis-garis membujur saja,tetapi terdapat motif kotak-kotak sebagai hasil kombinasi antara garis vertikal dengan garis horisontal.
Selanjutnya muncul surjan ontrokusuma yang bermotif bunga. Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan ontrokusuma terbuat dari kain sutra bermotif hiasan berbagai macam bunga. Biasanya surjan jenis ini dipakai pejabat dan kalangan bangsawan kraton. Masyarakat umum tidak diperkenankan menggunakannya tanpa mendapat izin dari pihak keraton.
Terakhir Surjan dengan motif Jaguad yaitu kain surjan yang bermotif bunga yang tidak tegas, tidak memakai warna yang mencolok, berbeda dengan motif Ontrokusuma yang menggunakan warna yang mencolok dan motif yang beraneka ragam.
Keluarga Besar Dinas Koperasi UKM DIY dengan penuh suka cita mengucapkan Selamat Memperingati Maulid Nabi…
Yogyakarta, kota budaya yang terkenal dengan kerajinan tangan berkualitas, tak hanya memikat wisatawan dengan keindahan…
Kain tradisional Indonesia merupakan warisan budaya yang sarat dengan nilai sejarah dan filosofi. Di tengah…
Yogyakarta selalu memikat hati para wisatawan dengan kekayaan budaya, keindahan alam, dan keramahan penduduknya. Setelah…
Di tengah perkembangan industri fashion yang semakin pesat, tas tidak lagi sekadar menjadi aksesori untuk…
Jogja selalu memikat hati para wisatawan dengan pesona budaya dan seni tradisionalnya. Salah satu oleh-oleh…