Yogyakarta – Berbagai bentuk dan model hasil kerajinan tangan kualitas eksport berbahan baku serat alam seperti tas, topi, dompet, alas meja, tutup lampu serta pajangan rumah terpajang cantik dan rapi disalah satu galeri produk kerajinan tangan serat di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.
Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo terkenal dengan produk kerajinan tangan berbahan serat. Bahan serat yang digunakan adalah serat agel, enceng gondok, pandan serta akar wangi. Walaupun sempat menemui kesulitan dalam pemasarannya pada rentang tahun 1970 sampai dengan 1980-an, kerajinan serat di Desa Salamrejo tetap bertahan dan terus berkembang.
Susmirah adalah salah satu penggiat seni kerajinan serat di Desa Salamrejo. Lebih dari 30 tahun berkecimpung dalam industry kerajinan serat, menjadikan Sumirah sebagai salah tokoh penting dalam pengembangan kerajinan serat di Sentolo.
Kiprahnya diawali sebagai pekerja pada pengusaha kerajinan serat pada saat itu. Namun kegigihan dan ketekunan Sumirah membuahkan hasil, sekarang Sumirah adalah pemilik usaha kerajinan serat terbesar di Sentolo dan sebagai pendiri Jogjavanesia Craft Shot, sebuah galeri kerajinan yang menampung hasil kerajian para pengrajin serat untuk dipasarkan dengan jangkauan yang lebih luas lagi.
Krisis moneter yang menerjang Indonesia pada tahun 1997, justru berbuah manis bagi penggiat industry kerajinan serat di Desa Salamrejo. Hasil kerajinan serat dilirik oleh para pengusaha dan konsumen pada saat itu karena murah, fungsi dan kegunaan yang sama serta didukung oleh model yang kekinian.
Saat ini jumlah pengepul hasil kerajinan serat berjumlah lebih dari 13 orang. Sekurangnya 100 produk dihasilkan oleh satu pengepul tiap minggunya. Harga produk hasil kerajinan tersebut bervariasi tergantung model. Rata-rata tiap produknya dibandrol dengan harga antara Rp. 40.000,- sampai dengan Rp. 500.000,-.
Tidak bisa dipungkiri saat ini produksi kerajinan serat alam di Desa Salamrejo hanya mampu memenuhi permintaan pengusaha-pengusaha eksport saja seperti Jakarta dan Bali dan belum bisa mengekspor langsung. Hal ini menjadi PR besar bagi para pengrajin serat alam, bagaimana untuk memperluas jangkaun pemasaran produk-produk hasil kerajinan tangan serat alam tersebut.
Dengan adanya Bandara Baru di Kulon Progo New Yogyakarta International Airport (NYIA). Diharapkan membuka peluang bagi para pengrajinan serat alam untuk bisa memenuhi pangsa pasar manca negara seperti Amerika, Belanda, Jepang serta Cina.
Jogja - Saat ini dijogja lg ada bermacam kerajinan-kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan serat alam.…
Berbagai bentuk dan model hasil kerajinan tangan kualitas eksport berbahan baku serat alam seperti tas,…
TEMPO.CO, - Bentuknya mungil dan tampilannya yang etnik tidak kalah dengan tas buatan pabrik manapun. Tetapi…
TEMPO.CO, Jogja -Jemari Sugianto ,52 Tahun, piawai menjalin rotan. rotan-rotan itu dianyam menjadi sebuah keranjang kecil.…
Jogja - Kerajinan bahan serat alam saat ini juga menjadi salah satu produk lokal yang…
TEMPO.CO, Jogja - Perajin serat alam Desa Wisata Salamrejo Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan sepinya…