Uncategorized

Tas dari serat alam, keren elegan dan ramah lingkungan

TEMPO.CO, – Bentuknya mungil dan tampilannya yang etnik tidak kalah dengan tas buatan pabrik manapun. Tetapi harganya dijamin lebih murah dibandingkan tas berbahan kulit sintetik sekalipun.

Asal tahu saja. Tas buatan ibu-ibu lanjut usia di desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan itu, dibuat dari purun — sebutan rumput liar oleh masyarakat setempat. Selain tas, purun juga dianyam menjadi wadah tisu serta kotak perhiasan kaum hawa. Salah satu pengrajinnya adalah Cik Awa, umur 67. Matanya masih begitu jeli memadukan warna dan motif pada anyaman berbahan baku purun. Ditemui di kolong rumahnya, Rabu sore (9/10), dia sedang memainkan jari jemarinya untuk menyusun lembaran kecil purun hingga menjadi buah tangan yang bernilai rupiah. Karyanya, dalam waktu dekat ini akan dibawa oleh perangkat desa dalam ajang pameran di Kayuagung, ibu kota Kabupaten (OKI).  Ditemani suaminya, Ruslan, 73 tahun, Cik Awa mengaku, menganyam sudah ia lakoni sejak muda, persisnya manakala ia baru saja membina rumah tangga.  Purun merupakan jenis tumbuhan rumput yang hidup liar di rawa dan gambut. Purun juga sering disamakan dengan daun pandan hanya saja ukurannya lebih kecil. Bagi warga Riding, purun begitu akrab dengan keseharian mereka karena desa tersebut di kelilingi oleh rawa dan gambut. Bahan baku tas purun diperoleh di sekitar Desa Riding, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). TEMPO/Parliza Hendrawan Cik Awa menambahkan selain bisa membuat tas, kotak tisu, kotak perhiasan, anyaman purun bisa dijadikan tikar, karpet, sajadah, sumpit (karung kecil), kukusan dan besek atau bakul. Meskipun harganya tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan, Cik Awa tetap ingin menganyam purun.  “Sebenarnya menganyam ini cukup mudah akan tetapi proses produksinya yang lama,” kata Cik Awa. Bahan baku purun diambil di rawa gambut yang ada di sekitar desa. Selanjutnya, dijemur hingga kering. Setelah itu ditumbuk dengan menggunakan kayu tujuannya untuk melenturkan dan memipihkan bahan baku anyaman. Agar tampil lebih eye catching, purun bisa diberi pewarna sesuai pesanan. “Kami produksi sesuai pesanan berapapun jumlahnya kami siap layani,” katanya. Anyaman Purun banyak dijadikan sebagai buah tangan dan suvenir pernikahan, ulang tahun dan acara-acara lainnya karena bentuknya yang unik dan harganya terbilang murah. Cik Awa menambahkan selembar tikar ia jual Rp50.000, sumpit (karung kecil) Rp5.000, bakul dan besek Rp15.000, kukusan Rp15.000, tas Rp20.000, dan sajadah Rp15.000. 

sibakul

Sibakul Jogja

You may also like...