Blog Pasar Kota Gede YIA

Museum Perjuangan Yogyakarta : Saksi Bisu Kebangkitan Nasional

Museum Perjuangan Yogyakarta – Yogyakarta atau sering disebut Jogja merupakan daerah istimewa dan destinasi wisata terfavorit di Indonesia setelah Bali tentunya menawarkan berbagai macam pesona keindahan dan keunikan-keunikan didalamnya yang membuat nyaman pengunjungnya dan takkan bisa melupakannya. Berbagai jenis wisata banyak ditawarkan di Jogja mulai dari wisata budaya, sejarah, alam sampai wisata minat khusus.

Jogja tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata favorit, tetapi dikenal juga sebagai kota yang sarat akan sejarah perjuangan pahlawan Indonesia. Kalau sobat PKG YIA jalan-jalan di kawasan Jl. Kolonel Sugiyono Brontokusuman yang tidak jauh dari kawasan Keraton Yogyakarta , sobat akan akan menjumpai Museum Perjuangan Yogyakarta yang menyimpan banyak koleksi terkait perjuangan bangsa Indonesia.

Sekilas Tentang Museum Perjuangan Yogyakarta

Museum Perjuangan Yogyakarta

Museum Perjuangan Yogyakarta adalah salah satu penanda sejarah pentingnya Hari Kebangkitan Nasional yang diprakarsai oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Pada tanggal tersebut lahir sebuah pergerakan Budi Utomo yang didirikan beliau bersama dengan para mahasiswa STOVIA Jakarta yang dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sebagai bentuk apresiasi pemerintah untuk mengenang setengah abad Hari Kebangkitan Nasional, berdirilah Museum Perjuangan Yogyakarta. Pembangunan museum dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Sri Paku Alam VIII pada tanggal 29 Juni 1961. Pembangunan museum ini selesai pada tahun 1963.

Gedung Museum Perjuangan Yogyakarta memadukan gaya arsitektur zaman kekaisaran Romawi Kuno dan bentuk candi di bagian bawahnya. Bentuk bangunan melingkar seperti silinder yang dikenal dengan istilah Ronde Tempel. Jika Anda perhatikan, atap gedung museum menyerupai topi baja dengan 5 buah bambu runcing berdiri di atas bola dunia.

Rancang Bangun dari wisata museum ini adalah hasil perpaduan gaya arsitektur zaman kekaisaran Romawi Kuno dan Candi Mataram Hindhu. Bentuk bangunan museum memiliki ciri khas melingkar seperti silinder yang dikenal dengan Ronde Tempel. Istilah ini muncul karena seluruh bangunan dibagian bawah atap tertempel relief-relief perjuangan bangsa Indoensia (relief yang terpampang mengelilingi bangunan museum itu menceritakan riwayat perjuangan bangsa Indonesia secara kronologis mulai dari berdirinya Budi Utomo hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan patung wajah para pahlawan nasional.

Pintu masuk utama bagi para pengunjung berada di bagian depan gedung ini dan langsung berada di lantai II. Di lantai II, pengunjung bisa melihat interior gedung ini dipenuhi dengan jendela sebagai jalur cahaya matahari yang berjumlah 45 buah. Salah satu sudut dari ruangan ini, tampak anak tangga menuju lantai dasar (lantai dasar ini sempat dimanfaatkan sebagai Museum Sandi Negara yang memanjang koleksi aneka persandian).

Di lantai utama ini, terdapat banyak koleksi pernak-pernik perjuangan mulai dari meja dan peralatan makan yang pernah dipakai Presiden Soekarno, selain itu terdapat peninggalan sepeda tua, alat komunikasi radio perjuangan, dan tas milik Bung Hatta.

Arti dan Makna Bangunan

Bangunan Museum Perjuangan secara keseluruhan memiliki arti dan makna sesuai dengan tujuan bangunan didirikan. Bangunan gedung berbentuk bulat silinder dengan garis tengah 30 meter dan tinggi 17 meter. Bangunan ini merupakan perpaduan bentuk bangunan model zaman Romawi Kuno dengan bangunan model timur, yang dinamai ronde tempel.

Di bagian kiri dan kanan pintu masuk museum terdapat hiasan makara berbentuk binatang laut. Bagian atap gedung berbentuk topi baja model Amerika dengan hiasan puncak lima buah bambu runcing yang berdiri tegak di atas bulatan dunia. Sedang bulatan dunia itu sendiri terletak di atas lima buah trap.

Di bagian atas pintu masuk museum terdapat hiasan berbentuk binatang bersudut delapan dengan peta kepulauan Indonesia di tengah-tengahnya. Di bawahnya ada candrasengkala ciptaan R.M Kuswaji Kawindro Susanto yang berbunyi: “Anggatra Pirantining Kusuma Nagara”. Suryasengkala memiliki arti tahun pendirian museum yaitu 1959.

Di bagian depan pintu masuk museum terdapat trap berjumlah 17 buah. Kemudian daun pintu masuk berjumlah 8 buah. Jendela pada sekeliling dinding luar museum dipisahkan oleh pilar yang dihias ukiran lung-lungan menyerupai api yang tak kunjung padam berjumlah 45 buah. Selain itu juga dilengkapi dengan 10 patung kepala pahlawan nasional serta 37 relief sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman pergerakan nasional sampai dengan pemulihan kedaulatan tahun 1950.

Bentuk bangunan tersebut secara keseluruhan mengandung arti simbolis bahwa Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan bangsa Indonesia sendiri, bukan hadiah dari bangsa lain, masyarakat Indonesia adalah masayarakat yang adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan jumlah trap, daun pintu dan jendela melambangkan tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan.

Hiasan pilar pemisah jendela ini memiliki arti simbolis semangat bangsa Indonesia yang tak pernah pudar dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan pembangunan menuju masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

sibakul

Sibakul Jogja

You may also like...