Blog Pasar Kota Gede YIA

Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jendral Sudirman

Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman adalah museum sejarah dengan koleksi mengenai perjuangan Jenderal Sudirman. Kata sasmita berasal dari bahasa Jawa, yang berarti “pengingat”, “mengenang”, sedangkan loka berarti “tempat”.

Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman artinya adalah tempat untuk mengenang pengabdian, pengorbanan dan perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Bagi sobat PKG YIA yang penasaran, yukk kita simak sejarahnya di bawah ini !!!

Sejarah Museum Sasmitaloka

Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta. Pada masa kolonial Belanda, gedung ini dipergunakan sebagai rumah dinas pejabat keuangan Puro Paku Alam VII. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini dikosongkan dan perabotnya disita. Setelah Indonesia merdeka digunakan sebagai Markas Kompi ‘Tukul’ Batalion Letkol Soeharto. Sejak 18 Desember 1945 sampai 19 Desember 1948 difungsikan sebagai kediaman resmi Jenderal Sudirman, setelah dilantik menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat.

Pada masa Perang Kemerdekaan menghadapi Agresi Militer Belanda II, gedung ini digunakan sebagai Markas Informatie voor Geheimen Brigade T tentara Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949 difungsikan sebagai Markas Komando Militer Kota Yogyakarta. Selanjutnya digunakan sebagai asrama Resimen Infanteri XIII dan Penderita Cacat. Sejak 17 Juni 1968 sampai 30 Agustus 1982 difungsikan sebagai Museum Angkatan Darat. Peresmian Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman dilakukan oleh Kasad Jenderal TNI Poniman pada tanggal 31 Agustus 1982.

Sudirman lahir pada Senin Pon 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Bantarbarang, Purbalingga. Pendidikan umum Hollandsch-Inlandsche School, Cilacap, tamat 1931. Melanjutkan ke Taman Siswa dan MULO Wiworotomo, Cilacap, tamat 1934 dan HIK Muhammadiyah, Solo. Saat di MULO ini, Sudirman dididik oleh Suwardjo Tirtosupono, lulusan Akademi Militer Breda Belanda, yang tidak ingin dilantik sebagai Opsir KNIL, tetapi memilih terjun ke pergerakan nasional. Pendidikan militer ditempuh di Pusat Pendidikan Perwira PETA Jawa Boei Giyugun Kanbu Renseitai, Bogor, sebagai Daidancho (Danyon).

Kepemimpinan dan kepribadian Sudirman teruji di Kepanduan Hizbul Wathon Muhammadiyah, Cilacap. Sudirman disegani oleh masyarakat sehingga dipercaya memimpin Kepanduan Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah, dan Priangan Timur. Karier Sudirman semakin cemerlang, sehingga dipercaya menjadi Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah, guru dan Kepala HIS.

Sudirman muda bertemu dengan Alfiah saat sekolah di MULO. Keduanya sama-sama aktif di Organisasi Pemuda Muhammadiyah. Tahun 1936 Sudirman menikah dengan Alfiah, putri R. Sastroatmodjo, sosok pedagang yang disegani di daerah Plasen, Cilacap. Keluarga Sudirman yang sederhana dan harmonis dikaruniai 4 putri dan 3 putra.

Sebagai Komandan Divisi V/TKR Purwokerto, Kolonel Sudirman terjun langsung memimpin anak buah ke gelanggang pertempuran Ambarawa. Dengan taktik Mangkara Yuddha (Supit Urang), selama 4 hari 4 malam Kolonel Sudirman melawan tentara Sekutu yang bersenjata lengkap dan modern. Sekutu berhasil dipukul mundur tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Palagan Ambarawa merupakan pertempuran heroik yang dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.

Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Pemerintah RI menyerah dan ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda disikapi dengan perlawanan Perang Gerilya. Selama 7 bulan perang gerilya dengan rute kurang lebih 1.009 kilometer ini secara strategis merupakan kemenangan politis yang diakui PBB, bahwa RI masih ada dan taktis membuktikan Jenderal Sudirman adalah komandan lapangan, ahli strategi perang yang tangguh, disegani anak buah dan lawan.

Untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan, pengabdian dan jasa Jenderal Sudirman kepada bangsa dan negara yang telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional, maka kediaman tersebut diabadikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Bentuk Unggulan

Bentuk banguan museum adalah limasan. Syarat sebuah rumah limasan yaitu pendapa, bangunan utama, dan bangunan sayap kanan kiri tetapi di museum hanya tidak terdapat pendapa. Ornamen hiasanan pada tiang penyangga bangunan utama dan sayap berupa motif tumbuh-tumbuhan.

Koleksi Unggulan

Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman. Koleksi unggulan Museum Sasmitaloka Panglima Besar jenderal Sudirman adalah sebagai berikut:

  • Pakaian Pangsar Sudirman, pakaian yang dikoleksi oleh museum ini menjadi saksi bisu bagi perjuangan Pangsar Jenderal Sudirman saat berperang geriliya di perbukitan Jawa tengah dan Jawa Timur. Pakaian ini terdiri dari sepatu, tongkat, jaket, piyama, dan masih banyak lagi.
  • Senjata mesin ringan mitraliur, Senjata Mesin Ringan (SMR) ini merupakan hasil rampasan saat perang Ambarawa pada 12-15 Desember 1945.

sibakul

Sibakul Jogja

You may also like...