Blog Pasar Kota Gede YIA

Napak Tilas Sejarah Alun-alun Kidul Yogyakarta

Hari ini, Alun-alun Kidul atau Alun-alun Selatan Yogyakarta dikenal sebagai salah satu destinasi wisata ikonik yang wajib masuk itinerary wisatawan yg berlibur di Yogyakarta.

Letaknya yang strategis, sekitar 5 menit dari pusat keramaian Jogja membuat alun-alun ini nyaris tidak pernah sepi pengunjung.

Setiap hari, terutama pagi dan malam hari, warga Jogja dan turis memadati Alun-alun Kidul Yogyakarta. Beragam aktivitas pun dilakukan, dari olahraga, wisata kuliner, bermain gelembung sabun dan layang-layang, menaiki kereta hias hingga duduk santai di rerumputan alun-alun ini.

Namun tahukah sobat PKG YIA, sebelum kini dipadati banyak pengunjung, dahulu Alun-alun Kidul Yogyakarta merupakan tempat yang sepi dan angker? Yuk simak sejarah Alun-alun Kidul Yogyakarta berikut ini.

Sejarah Alun-alun Kidul Yogyakarta

Dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I tahun 1755-1792, Alun-alun Kidul Yogyakarta atau disebut pula Alun-alun Pangkeran dahulu berfungsi sebagai tempat diadakannya beragam aktivitas Keraton Yogyakarta. Salah satunya tempat latihan para prajurit Keraton jelang diadakannya tradisi Garebeg.

Dahulu, kawasan ini sangat sepi dan angker. Terlebih dengan adanya keberadaan dua pohon beringin kembarnya. Kendati kini sudah lebih ramai, bersih dan tertata lebih apik, sejumlah aset utama alun-alun ini masih dipertahankan seperti pohon beringin, pohon kweni, pohon pakel hingga pohon gayam.

Bagi masyarakat Jawa, deretan pohon-pohon tersebut melambangkan keamanan, ketentraman dan keteduhan. Selain pohon, akses keluar masuk alun-alun ini yang berjumlah 7 buah juga masih dipertahankan.

Deretan jalan tersebut antara lain Plengkung Gading di sisi selatan, lalu di sisi timur masing-masing menuju Jalan Langenarjan dan Jalan Langenastran. Lalu ada Jalan Pamengkang, serta di sisi barat ada Jalan Ngadisuryan dan Jalan Patehan.

Dahulu, di salah satu sudut alun-alun ini, tepatnya di lokasi tiga tiang yang terpancang difungsikan sebagai tempat mengikat gajah milik raja. Kini, gajah milik raja hanya dikandangkan dan dirias serta dikeluarkan tiap kali upacara Gerebeg.

Sementara itu di depan Siti Hinggil di sisi utara Alun-alun Kidul, terdapat deretan ubin yang dahulu merupakan batu bata dan berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan prajurit.

Alun-alun Kidul sekarang

Kini, Alun-alun Kidul menjelma destinasi wisata ikonik langganan wisatawan Yogyakarta. Bertempat di Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, destinasi wisata ini juga terintegrasi dengan deretan destinasi wisata lain di sekitarnya, seperti Taman Sari, Pasar Ngasem, Komplek Gudeg Wijilan, hingga Alun-alun Utara.

Menyambangi alun-alun ini, kamu pun hanya perlu membayar tiket parkir sebesar Rp. 3000 untuk motor dan Rp. 5000 untuk mobil. Selama masa pandemi, sangat disarankan untuk tetap menjaga protokol kesehatan ketika menyambangi alun-alun ini.

Penting bagi kamu untuk tetap mengenakan masker, menjaga jarak serta rajin mencuci tangan menggunakan sabun maupun handsanitizer selama menyambangi kawasan ramain pengunjung ini.

sibakul

Sibakul Jogja

You may also like...