Lingkungan

UMKM DIY Menjaga Kelestarian Alam Melalui Bisnis Berkelanjutan

Published by
sibakul

WWF (World Wide Fund for Nature) merupakan organisasi lingkungan global yang fokus pada upaya pelestarian alam, perlindungan spesies yang terancam, serta menjaga keseimbangan ekosistem. Di sisi lain, UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian lokal dan menjaga tradisi serta kearifan lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, kolaborasi antara WWF dan UMKM DIY telah menjadi relevan dalam upaya menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Artikel ini membahas kepentingan WWF dalam mendorong UMKM DIY untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan, sekaligus melihat bagaimana UMKM di Yogyakarta dapat memanfaatkan peluang ini untuk menjadi lebih berdaya saing dan ramah lingkungan.

WWF dan Fokus pada Lingkungan di Indonesia

WWF telah lama berperan dalam mengatasi masalah lingkungan global dan lokal, termasuk di Indonesia. Beberapa fokus utama WWF di Indonesia adalah melindungi hutan, menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, mengurangi penggunaan plastik, dan mendorong praktik bisnis yang ramah lingkungan. Yogyakarta, sebagai salah satu pusat budaya dan ekonomi, juga menjadi bagian dari area fokus WWF, terutama dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi dan industri.

Di DIY, dengan banyaknya UMKM yang beroperasi di berbagai sektor seperti kerajinan, makanan, dan mode, WWF melihat peluang untuk mendorong praktik bisnis yang lebih berkelanjutan. WWF berkomitmen untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan kelestarian lingkungan.

Peran UMKM DIY dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan

UMKM DIY memiliki peran penting dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. Sebagai bisnis yang terhubung langsung dengan masyarakat, UMKM memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Misalnya, banyak UMKM DIY yang bergerak di bidang kerajinan dan mode menggunakan bahan alami seperti serat bambu, ecoprint, dan pewarna alami, yang berkontribusi pada pengurangan polusi kimia.

Selain itu, banyak UMKM di DIY yang bergerak di sektor makanan dan minuman juga dapat mendukung keberlanjutan dengan menggunakan bahan-bahan organik dan ramah lingkungan, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. WWF memandang kolaborasi dengan UMKM sebagai salah satu cara efektif untuk mendorong praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan secara luas.

Inisiatif WWF untuk UMKM: Mendorong Praktik Bisnis Berkelanjutan

WWF Indonesia, melalui berbagai inisiatif, telah mendorong UMKM untuk mengadopsi prinsip-prinsip bisnis berkelanjutan. Beberapa inisiatif tersebut meliputi:

  • Edukasi tentang Praktik Ramah Lingkungan: WWF berperan dalam memberikan edukasi kepada pelaku UMKM tentang bagaimana mereka dapat mengurangi jejak lingkungan mereka. Ini termasuk pengurangan penggunaan plastik, pengelolaan limbah yang lebih baik, serta penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan.
  • Mendukung Produk Berkelanjutan: WWF mendorong UMKM DIY untuk memproduksi dan mempromosikan produk yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, produk fesyen dan kerajinan yang menggunakan bahan daur ulang atau bahan alami dapat memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar global yang semakin peduli terhadap keberlanjutan.
  • Program Penghargaan dan Sertifikasi: WWF memberikan penghargaan dan sertifikasi bagi UMKM yang telah mengimplementasikan praktik ramah lingkungan. Ini membantu UMKM meningkatkan kredibilitas dan daya saing mereka di pasar, baik lokal maupun internasional.

Dampak Positif Kolaborasi bagi UMKM DIY

Kolaborasi antara WWF dan UMKM DIY memiliki beberapa dampak positif, antara lain:

  • Peningkatan Citra UMKM: UMKM yang terlibat dalam praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat memperkuat citra mereka di mata konsumen. Tren pasar global yang semakin peduli terhadap produk-produk berkelanjutan menjadi keuntungan tersendiri bagi UMKM DIY yang mengadopsi prinsip ini.
  • Penghematan Biaya Produksi: Dengan mengurangi penggunaan bahan baku berbasis plastik atau kimia yang tidak ramah lingkungan, UMKM dapat menekan biaya produksi jangka panjang. Misalnya, dengan menggunakan bahan baku alami yang dapat diperbarui, seperti serat tanaman atau bahan daur ulang, UMKM tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan yang mahal.
  • Akses ke Pasar Global: Kolaborasi dengan WWF membuka peluang bagi UMKM DIY untuk memperluas akses ke pasar global. Produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sangat diminati di pasar internasional, dan dengan dukungan WWF, UMKM memiliki kesempatan untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas.

Tantangan dan Solusi dalam Menerapkan Praktik Berkelanjutan

Meskipun kolaborasi antara WWF dan UMKM DIY menjanjikan banyak keuntungan, pelaku UMKM sering kali menghadapi tantangan dalam menerapkan praktik berkelanjutan. Beberapa tantangan yang dihadapi meliputi:

  • Biaya Awal Implementasi: Mengganti bahan baku dengan yang lebih ramah lingkungan atau mengubah proses produksi sering kali memerlukan biaya yang cukup besar pada awalnya. Namun, WWF bersama pemerintah dan lembaga lainnya terus mendorong adanya program bantuan atau insentif untuk membantu UMKM menghadapi tantangan ini.
  • Kurangnya Pengetahuan: Tidak semua pelaku UMKM memiliki pengetahuan tentang cara mengelola bisnis yang ramah lingkungan. Untuk itu, WWF menyediakan program pelatihan dan pendampingan untuk membantu UMKM dalam mengadopsi praktik-praktik yang lebih baik.

Kolaborasi WWF dan UMKM DIY

Kolaborasi antara WWF dan UMKM DIY diharapkan terus berlanjut dan berkembang. Di masa depan, UMKM yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan akan menjadi contoh bagi bisnis-bisnis lainnya. WWF akan terus mendorong inovasi dan menciptakan ekosistem bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan.

UMKM DIY yang mengedepankan keberlanjutan akan semakin relevan dengan tuntutan pasar global, serta menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian lingkungan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Yogyakarta.

Artikel Terkait Kampanye WWF

Bersama Untuk Bumi: Promosi Earth Hour Indonesia 2024

Artikel ini membahas Earth Hour, sebuah gerakan global yang diprakarsai oleh WWF untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan pentingnya aksi kolektif dalam melindungi lingkungan. Pada 23 Maret 2024, Earth Hour akan berlangsung dari pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat, mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk mematikan lampu selama satu jam sebagai simbol kepedulian terhadap bumi. Artikel ini juga memperkenalkan film pendek berjudul "BERSAMA UNTUK BUMI", yang dirilis oleh WWF-Indonesia dan AKUSIAP Production House, untuk menghidupkan semangat Earth Hour dengan menekankan makna cinta dan kesadaran terhadap lingkungan. Melalui Earth Hour, diharapkan masyarakat dapat lebih peduli terhadap dampak lingkungan dan terlibat dalam praktik ramah lingkungan.

Inisiatif Perempuan Penjaga Bumi: Gerakan Pemberdayaan Perempuan untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Artikel ini membahas Inisiatif Perempuan Penjaga Bumi, sebuah program yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dalam upaya pelestarian lingkungan melalui pendekatan berbasis komunitas dan keadilan gender. Program ini melibatkan perempuan dalam berbagai sektor seperti pertanian berkelanjutan, pengelolaan sampah, dan konservasi hutan, dengan memberikan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan. Inisiatif ini juga mendorong perempuan untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan dan membangun jaringan solidaritas global. Selain itu, kolaborasi dengan WWF Indonesia memperkuat program ini dalam mewujudkan lingkungan yang lebih lestari.

Podcast Bisik Bumi (Eps.2): Asri Welas dan Inovasi Daur Ulang Tekstil & Plastik untuk Masa Depan Berkelanjutan

Artikel ini membahas tentang ancaman serius sampah plastik di lautan terhadap ekosistem laut dan kehidupan manusia. Plastik yang sulit terurai menyebabkan pencemaran luas, mengancam satwa laut, serta mempengaruhi rantai makanan. Solusi dari organisasi seperti WWF Indonesia dan Waste4Change, yang berkolaborasi dengan aktris Asri Welas, menekankan pentingnya edukasi publik dan inovasi daur ulang plastik dan tekstil. Mereka mendorong ekonomi sirkular sebagai pendekatan yang berkelanjutan untuk mengatasi polusi plastik. Artikel ini juga mengajak individu untuk terlibat dalam upaya mengurangi penggunaan plastik dan mendukung solusi ramah lingkungan.

Podcast Bisik Bumi: Mewujudkan Pemilu yang Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan

Artikel ini membahas dampak pemilu di Indonesia terhadap masalah sampah plastik, terutama dari bahan kampanye seperti spanduk, stiker, dan alat peraga kampanye lainnya yang sering berakhir sebagai sampah. Selain itu, kegiatan kampanye juga menghasilkan barang sekali pakai, seperti kantong plastik dan botol minuman, yang menambah beban sampah. Kurangnya pengelolaan sampah yang baik memperparah pencemaran lingkungan. Artikel ini menekankan pentingnya mengurangi penggunaan plastik dalam pemilu dan mempromosikan kampanye ramah lingkungan melalui edukasi, serta mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pemilu yang lebih berkelanjutan.

Masa Depan Hijau Milik Kita

Artikel ini membahas tentang "Gerakan Masa Depan Hijau Milik Kita," sebuah inisiatif untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui langkah-langkah konkret. Artikel ini menjelaskan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dengan fokus pada keberlanjutan ekologi, pengurangan polusi, transisi ke energi terbarukan, dan pengelolaan sampah. Gerakan ini juga menyoroti peran individu dalam mendukung perubahan melalui edukasi, praktik ramah lingkungan, dan partisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian. Secara keseluruhan, gerakan ini bertujuan untuk menjaga lingkungan bagi generasi mendatang.

Main Sama BAPAK: Membangun Masa Depan Hijau di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan

Artikel ini membahas acara "Main Sama BAPAK: Masa Depan Hijau di Tangan Kita," yang diadakan di Tebet Eco Park sebagai kolaborasi antara Keluarga Kita dan WWF-Indonesia. Acara ini menggabungkan peringatan Hari Tanpa Kantong Plastik Sedunia dan Hari Anak Nasional dengan tujuan meningkatkan kesadaran lingkungan dan mempererat hubungan antara orang tua, terutama bapak, dengan anak-anak mereka. Melalui berbagai aktivitas seperti diskusi tentang pengelolaan sampah, permainan edukatif, dan sesi mendongeng, acara ini menekankan pentingnya pengasuhan positif serta peran keluarga dalam menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih hijau.

Dampak Buruk Perubahan Iklim dan Peran Manusia: Tantangan Global yang Harus Ditangani

Artikel ini membahas dampak negatif plastik terhadap lingkungan dan bagaimana penggunaan plastik berlebihan berkontribusi pada krisis iklim global. Indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, dan masalah ini diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah yang bijak. Program "Youth Activist Plastic Smart Cities" yang diinisiasi oleh WWF-Indonesia dan YPBB melibatkan generasi muda untuk beraksi dengan mengurangi penggunaan plastik serta mengadopsi gaya hidup berkelanjutan. Program ini mengajarkan pentingnya prinsip 5R dan ekonomi sirkular sebagai strategi dalam mengatasi krisis sampah plastik.

SERAH TERIMA SARANA DAN PRASARANA RT PRIORITAS

Artikel ini membahas upaya Kota Bogor dalam mengatasi permasalahan sampah, dengan target pengurangan sebesar 25% pada tahun 2025. Kota Bogor, yang telah berhasil mengurangi sampah hingga 24%, berkolaborasi dengan Rekam Nusantara, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan Satgas Naturalisasi Ciliwung, didukung oleh WWF melalui program Plastic Smart Cities. Upaya ini melibatkan pemberian sarana dan prasarana kepada RT prioritas untuk mendukung pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Edukasi dan pendampingan masyarakat dalam pengelolaan sampah dianggap krusial, dengan tujuan mengurangi volume sampah hingga 40% di TPA.

1.500 PENGEMUDI BLUEBIRD SIAP MENJADI AGEN PERUBAHAN LINGKUNGAN

Artikel ini membahas kolaborasi antara PT Blue Bird Tbk dan Yayasan WWF Indonesia dalam program Plastic Smart Cities untuk mengurangi sampah plastik di DKI Jakarta. Salah satu inisiatif utama adalah menggantikan penggunaan air mineral kemasan dengan botol minum guna ulang bagi 1.500 pengemudi taksi Blue Bird. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik sebesar 30% di wilayah DKI Jakarta, sejalan dengan target Indonesia Bersih Sampah 2025. Inisiatif ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi sektor lain untuk berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik dan mendukung gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

YAYASAN WWF INDONESIA DAN REKOSISTEM KERJASAMA RESMIKAN WASTE STATION® DI RDTX PLACE

Artikel ini membahas peluncuran Waste Station® di RDTX Place, Jakarta Selatan, sebagai hasil kolaborasi antara WWF-Indonesia dan Rekosistem. Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung pengurangan sampah plastik sebesar 30% di Jakarta. Waste Station® berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah anorganik, mendorong masyarakat untuk aktif dalam pengelolaan sampah dan pemilahan dari rumah. Program ini juga merupakan bagian dari komitmen WWF-Indonesia melalui Plastic Smart Cities yang menargetkan penghentian kebocoran sampah plastik ke alam pada tahun 2030, sambil mendorong gaya hidup ramah lingkungan di perkotaan.

KELOLA SAMPAH ORGANIK DENGAN BUDIDAYA MAGGOT

Artikel ini membahas pengelolaan sampah terpadu di perumahan Sukadamai Green Residence yang menggunakan maggot, larva lalat Black Soldier Fly (BSF), untuk mengurai sampah organik. Warga perumahan memilah sampah sejak dari rumah, dengan sampah organik dikumpulkan di tong khusus dan kemudian diproses di tempat pengolahan sampah terpadu. Maggot efektif mengonsumsi sampah organik dan mengubahnya menjadi pupuk organik, serta dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sistem ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga bernilai ekonomis.

KUNJUNGI INDONESIA, CEO WWF NORWEGIA HARAP PROGRAM PLASTIC SMART CITIES BERJALAN BAIK

Artikel ini melaporkan kunjungan CEO WWF Norwegia, Karoline Andaur, ke Indonesia pada Mei 2022 untuk memperkuat kerjasama dalam program Plastic Smart Cities (PSC), yang bertujuan mengurangi sampah plastik sebesar 30% pada tahun 2025. Selama kunjungannya, Andaur mengunjungi berbagai lokasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan fasilitas pengelolaan sampah seperti Bank Sampah 68 dan proyek pengelolaan sampah di Sukadamai Green Residence. Kunjungan ini termasuk penandatanganan MoU dengan PPM School of Management untuk mengembangkan ekonomi sirkular. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih baik dan memperkuat kolaborasi antara WWF, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam upaya pengurangan sampah plastik.

MENGAJAK BIJAK KELOLA SAMPAH LEWAT KONTEN DIGITAL

Artikel ini membahas pelatihan "Digital Storytelling" yang diadakan oleh program Plastic Smart Cities (PSC) yang bekerja sama dengan Yayasan Rekam Nusantara di Bogor pada 16 November 2022. Pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan para pengelola bank sampah, TPS3R, dan kelompok sadar wisata dengan keterampilan bercerita melalui konten digital menggunakan gawai pintar dan tools gratis seperti Canva. Wahyu Mulyono dan Yoki Hadiprakarsa mengarahkan pelatihan dengan penekanan pada pentingnya mengemas informasi tentang pengelolaan sampah dalam format yang menarik dan mudah dipahami. Mereka berharap para peserta dapat menggunakan keterampilan ini untuk menyebarkan pesan edukasi tentang pengelolaan sampah, memanfaatkan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas, dan mendorong perubahan perilaku terkait pengelolaan sampah.

MISI LINGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN

Artikel ini membahas bagaimana Akmal Idrus, presenter TVRI Makassar, menghadapi dampak pandemi COVID-19, terutama perubahan dalam rutinitasnya dan meningkatnya masalah sampah plastik akibat lonjakan belanja online. Akmal memulai riset tentang sampah plastik kresek dan menemukan masalah besar dengan sampah tersebut yang tidak dikelola dengan baik, sering berakhir di laut dan menyebabkan pencemaran mikroplastik. Akmal kemudian mengembangkan inisiatif daur ulang melalui Rappo Indonesia, sebuah program yang memanfaatkan sampah plastik kresek untuk ditukar dengan barang kebutuhan dan memberdayakan masyarakat lokal. Program ini berhasil di Makassar dan kemudian diperluas ke Depok dengan dukungan WWF-Indonesia. Rappo Indonesia berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan dan meningkatkan produksi produk daur ulang sambil memberdayakan komunitas lokal.

 

Penulis: Yudi Wahyudi Pengembang SiBakul Jogja dan Konsultan SEO Program Plastic Smart Citites WWF Indonesia

sibakul

Sibakul Jogja

Recent Posts

Apa itu Google Business Profile?

Google Business Profile (sebelumnya dikenal sebagai Google My Business) adalah layanan gratis dari Google yang… Read More

2 bulan ago

Peran UMKM DIY dalam Pengelolaan Sampah Plastik

Plastic Smart Cities adalah inisiatif global yang dipelopori oleh WWF untuk mengurangi polusi plastik di… Read More

2 bulan ago

UMKM dan Mikroplastik

Relevansi antara UMKM dan mikroplastik tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai salah satu sektor yang… Read More

2 bulan ago

UMKM dan Sampah Plastik Tantangan dan Peluang untuk Keberlanjutan

UMKM dan Sampah Plastik - Sampah plastik telah menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di… Read More

2 bulan ago

Youth Activist dan UMKM DIY Kolaborasi untuk Keberlanjutan

Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan semakin meningkat di kalangan anak muda, termasuk di Daerah… Read More

2 bulan ago

Bank Sampah, TPS3R dan Green UKM

Bank sampah dan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah dengan Sistem 3R: Reduce, Reuse, Recycle)  memainkan peran… Read More

2 bulan ago